gadsdenriverfest.com – Sebuah kisah lama kembali mencuat dari masa kepelatihan Jose Mourinho di Manchester United. Mantan pemain Setan Merah, Henrikh Mkhitaryan, mengungkap pengalaman pahitnya bersama pelatih asal Portugal itu. Dalam autobiografinya berjudul My Life Always at the Centre, Mkhitaryan menulis bahwa Mourinho kerap mengusirnya secara brutal lewat pesan WhatsApp setiap malam.
Ia datang dengan reputasi tinggi sebagai gelandang kreatif yang mampu mengubah jalannya pertandingan. Namun, kenyataan di lapangan berbeda jauh dari harapan. Dalam dua musim, ia hanya mencatat 63 penampilan dengan 13 gol dan 11 assist. Meski sempat membantu United menjuarai Carabao Cup dan Liga Europa 2017, hubungannya dengan Mourinho memburuk hingga akhirnya berujung pada kepergian dari klub.
Dalam buku tersebut, Mkhitaryan menulis bahwa tekanan dari Mourinho berlangsung intens. Pesan-pesan singkat yang dikirim setiap malam terasa seperti bentuk intimidasi. “Saya sering merasa dikontrol dan diawasi,” tulisnya. Konflik itu mencerminkan gaya kepemimpinan keras Mourinho yang kerap memecah pendapat di kalangan pemain.
Dampak Konflik dan Sisi Lain Jose Mourinho
Kisah Mkhitaryan kembali membuka perdebatan soal metode kepemimpinan Jose Mourinho. Pelatih berjuluk The Special One dikenal tegas dan tak segan mengambil langkah ekstrem demi disiplin tim. Namun, pendekatan tersebut juga sering dianggap berlebihan dan berdampak negatif pada kepercayaan diri pemain.
Beberapa mantan pemain seperti Luke Shaw dan Paul Pogba juga pernah berbicara tentang tekanan serupa. Meski begitu, Mourinho tetap diakui sebagai salah satu pelatih tersukses di Eropa dengan koleksi lebih dari 25 trofi. Pengalaman kerasnya di Manchester United menjadi bagian penting dalam perjalanan kariernya yang penuh kontroversi.
Kini, kisah Mkhitaryan menjadi pengingat bahwa di balik kesuksesan Mourinho terdapat sisi emosional dan manusiawi yang jarang tersorot. Ia tetap menjadi figur yang membagi opini—antara kekaguman pada prestasi dan kritik terhadap gaya kepemimpinannya yang tanpa kompromi.
“Baca juga : ASMR Kian Populer, Bantu Banyak Orang Tidur Lebih Nyenyak”
Pesan WhatsApp Jose Mourinho yang Mengakhiri Karier Mkhitaryan di Manchester United
Henrikh Mkhitaryan akhirnya membuka kisah di balik perpisahannya dengan Jose Mourinho di Manchester United. Dalam autobiografinya, My Life Always at the Centre, Mkhitaryan menulis bagaimana sang pelatih mengusirnya dengan cara yang tak biasa—melalui pesan WhatsApp setiap malam. Pengakuan ini menambah daftar panjang kontroversi tentang metode komunikasi keras Mourinho dengan pemainnya.
Mkhitaryan menceritakan bahwa Mourinho kerap menunjukkan sikap dingin selama sesi latihan. Ia jarang berbicara secara langsung, tetapi justru mengirim pesan pribadi yang mendesak Mkhitaryan segera meninggalkan klub.
Situasi itu membuat gelandang asal Armenia merasa tertekan. Ia mengaku hanya bisa membalas dengan jawaban serupa setiap kali. “Saya akan pergi jika menemukan tim yang tepat. Jika tidak, saya menunggu hingga musim panas,” ujarnya. Ketegangan di antara keduanya terus meningkat dan akhirnya mencapai titik puncak pada bursa transfer Januari 2018.
Pertukaran Mkhitaryan dan Sanchez: Akhir yang Dramatis
Konflik antara Mourinho dan Mkhitaryan berakhir ketika Manchester United berupaya mendatangkan Alexis Sanchez dari Arsenal. Mourinho memanfaatkan situasi tersebut dengan menjadikan Mkhitaryan bagian dari kesepakatan pertukaran pemain.
“Mou berkata, ‘Keluar dari sini, aku tidak ingin melihatmu lagi,’” tulis Mkhitaryan, menggambarkan perpisahan dingin yang menandai akhir masa baktinya di Old Trafford.
Mkhitaryan kemudian menegaskan bahwa keputusannya pergi bukan untuk membantu Mourinho, melainkan demi ketenangan pribadi. “Saya berkata, berhentilah menulis pesan teks kepada saya. Jika mau, bicaralah dengan Mino [Raiola],” ungkapnya.
Kesepakatan pun rampung: Alexis Sanchez bergabung ke Manchester United, sementara Mkhitaryan pindah ke Arsenal. Namun, kedua transfer itu berakhir antiklimaks. Sanchez gagal menunjukkan performa terbaiknya dan dianggap sebagai salah satu rekrutan terburuk dalam sejarah klub. Sementara Mkhitaryan menemukan kembali ritmenya setelah hengkang dari Liga Inggris.
Kisah ini menjadi gambaran jelas tentang dinamika keras dalam ruang ganti di bawah asuhan Mourinho. Meski sukses membawa trofi, gaya kepemimpinannya yang tegas dan emosional kerap meninggalkan jejak kontroversi yang masih dibicarakan hingga kini.
“Baca juga : Ikan Red Devil, Predator Air yang Dilarang di Indonesia”




Leave a Reply